Our Investasi

Senin, 03 Agustus 2009

detikcom : Mbah Surip \'Tak Gendong\' Meninggal Dunia

title : Mbah Surip \'Tak Gendong\' Meninggal Dunia
summary : Penyanyi fenomenal Mbah Surip meninggal dunia, Selasa (4/8/2009) pukul 10.30 WIB. Penyanyi \'Tak Gendong\' itu sempat dilarikan ke RS Pusdikkes, Jakarta Timur. (read more)

detikcom : Masinis dan Asisten Masinis Masih Terjepit di Lokomotif

title : Masinis dan Asisten Masinis Masih Terjepit di Lokomotif
summary : Kecelakaan Kereta Api kembali terjadi. KA Pakuan Ekspres jurusan Jakarta Bogor menyeruduk KA Ekonomi dengan jurusan yang sama. Masinis KA Pakuan Ekspres masih terjepit di lokomotif. (read more)

Minggu, 02 Agustus 2009

Taubat (Karena Dia menyayangi hamba-hamba-Nya), dan Titip Rindu Buat Ibu

Taubat (Karena Dia menyayangi hamba-hamba-Nya)

Lagi

Ku bawa segenap dosa yang menggunung

Yang siap menguburku dalam-dalam

Yang membuatku malu meneteskan air mata pilu untuk menghadap-Mu

Yang pagi tadi meluap dalam sayup-sayup senandung kokok ayam yang bersahutan

Kemudian menghilang

Bersama tenggelamnya senja di garis kaki langit sebelah barat


***

Ya Robby

Karena mulutku bukanlah lautan madu yang mampu menjadi penawar luka

Namun sesamudera bisa yang mematikan

Langkahku penuh lumpur-lumpur kemaksiatan

Hatiku penuh belatung-belatung kemunafikan

***

Di sini

Hamba bersujud di altar keampunan-Mu

Dengan segenap tulang yang mulai mengeluh

meresapi wanginya debu yang membasah dari kucuran air mata penyesalanku

menikmati wanginya tanah yang tersiram dari air yang mengalir sisa wudhu

***

Ya Robby

Lagi hamba merajut doa di hari ini

Menadahkan kedua tangan yang membusuk karena kelalaian

dalam lantunan doa dengan lidah yang tercemar karena kedustaan yang berkepanjangan

Ukir lembar kisah ku dengan tinta-tinta keshalihan

Curahkanlah keampunan-Mu atas segala dosa yang terlanjur teramalkan

Sama seperti yang Kau berikan dalam munajat hamba-hamba bertaubat penuh ampunan

Hadis Mevlana ~ Agustus 2006


~Titip Rindu Buat Ibu~


Aku berdialog dengan surya yang masih terlelap

Ketika semua harus berakhir

Bu

Tak maukah kau menunggu hingga senja memerah dengan memutih kepalaku

Setidaknya menanti hingga mentari meninggi hingga tegak bayang-bayang tubuhku

Atau setidaknya

Tak maukah kau mendengarkan ku menyenandungkan Azan shubuh meskipun tak terlalu merdu

Bu

Aku masih merasakan

Belaian sayang penuh kehangatan

Dekapan rindu di setiap pelukan

Kecupan yang melelapkan ku penuh kedamaian

Senyuman yang menegarkan kala mata penuh tangisan

Kesabaran dalam nasihat dengan puisi-puisi doa dan harapan

Bu

Negeri yang kau datangi begitu jauh

Membuat hari sepi tanpa sinaran mataharimu

Dingin karena tak lagi ada selimut ketulusanmu

Membuat hari-hari berlalu yang berkabut rindu

Beku menyalju

Bu

Jika rindu yg ku tahu

Aku hanya mampu bercengkrama dengan mu dalam kalbu

Sambil ku ketuk pintu surga

Dengan setangkup doa yang ku bisa

Dengan hati yang berbalut mesra sepenuh jiwa

Rabb

Curahkan rahmat-Mu

Titip rindu buat Ibu

Yang ku sematkan dalam setiap doaku

Agar air mata yang mengalir

Dalam untaian kisah yg kerap hadir

Mampu menawarkan perih yang mengiris-iris jiwa yang getir

~Hadis Mevlana – Juni 2009~